Selasa, 18 Oktober 2022

Kusta, Stigma Yang Masih Melekat Meski Penyakitnya Telah Lenyap

Kusta, Stigma Yang Masih Melekat Meski Penyakitnya Telah Lenyap. Ya, meski telah nyatakan sembuh total, namun predikat sebagai penyandang kusta tetap melekat. Itulah yang masih dialami oleh para penyintas kusta atau yang sering disebut dengan Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)

Hapus Stigma Kusta

Bahkan masih ada sebagian masyarakat yang memiliki ketakutan secara berlebihan terhadap kusta (leprophobia). Akibatnya OYPMK masih sering ditolak saat mengajak bersalaman, dijauhi, bahkan terdiskriminasikan. Pengucilan ini bukan hanya terjadi pada OYPMK, namun juga pada keluarganya.

Tentang Kusta

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae. Kusta sering disebut dengan Lepra, Hanseniasis, Elephantiasis, Melaats.

Penyakit ini menyerang jaringan kulit, saraf tepi, dan saluran pernapasan. Penyakit ini cukup ditakuti karena dapat menyebabkan disabilitas, mutilasi (misalnya salah satu anggota tubuh seperti jari terputus), ulserasi (luka borok), dan lainnya.

Di Indonesia, berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan per tanggal 24 Januari 2022, terdapat kasus kusta tedaftar sebesar 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru sebanyak 7.146 kasus. Bahkan menurut data World Health Organisation (WHO) dan Kementerian Kesehatan RI angka kusta di Indonesia menduduki urutan ke-3 dunia. Indonesia belum dinyatakan sebagai negara bebas kusta karena angka kasus kusta belum mencapai target kurang dari 1 orang per 10.000 penduduk.

Penyakit kusta sendiri sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Seperti di India pada tahun 1400 SM, di Tiongkok pada tahun 600 SM dan Mesotomia pada tahun 400 SM. Pada masa tersebut telah terjadi pengasingan pada penderita kusta.

Karena tuanya penyakit ini, maka tak heran jika hingga kini masih banyak mitos atau anggapan yang salah terkait kusta. 

Mitos dan Fakta Penyakit Kusta

Berikut ini adalah mitos tidak benar seputar penyakit kusta dan fakta yang sebenarnya:

  • Mitos kusta adalah penyakit kutukan. Faktanya, kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri tersebut menginfeksi tubuh dengan cara masuk melalui permukaan kulit atau lendir saluran pernafasan yang dapat menyerang kulit dan saraf tepi. Jadi, kusta bukanlah penyakit kutukan atau guna-guna.

  • Mitos kusta adalah penyakit keturunan. Faktanya, jika terdapat beberapa penderita kusta dalam satu keluarga, maka hal itu karena ada penularan antar anggota keluarga, bukan karena keturunan.

  • Mitos penyakit kusta tidak bisa disembuhkan. Faktanya, penderita kusta dapat sembuh total bila ditangani yang cepat dan tepat.

  • Mitos kusta mudah menular. Faktanya kusta memang penyakit yang menular, namun tidak mudah.menular. Karena diperlukan kontak erat secara terus menerus dan dalam waktu yang lama untuk terjadinya penularan. Seseorang dapat tertular kusta hanya jika terkena percikan droplet dari penderitanya secara terus-menerus dalam waktu yang lama. Dengan kata lain, bakteri penyebab kusta tidak dapat menular kepada orang lain dengan mudah. Selain itu, bakteri ini juga membutuhkan waktu lama untuk berkembang biak di dalam tubuh penderita. Bahkan penyakit kusta sulit menular pada 95% orang dewasa karena sistem kekebalan tubuh mereka dapat melawan bakteri penyebab kusta. Hanya sekitar 5% saja yang bisa tertular kusta. Artinya, dari 100 orang yang terpapar, 95 orang tidak menjadi sakit, 3 orang sembuh sendiri tanpa obat karena daya tahan tubuhnya tinggi, 2 orang menjadi sakit dan perlu pengobatan. Jadi, penyakit kusta adalah penyakit menular yang sebenarnya sulit menular.

  • Mitos kusta dapat menular karena bersalaman. Faktanya, kusta tidak akan menular hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau berhubungan seksual dengan penderita. Kusta juga tidak menular dari ibu ke janinnya.

Mitos vs Fakta seputar Kusta


Mitos-mitos yang yang tidak benar itu telah membuat stigma masih melekat pada OYPMK dan keluarganya hingga menimbulkan diskriminasi. Hal ini sungguh merugikan OYPMK, termasuk di dalamnya penyandang disabilitas karena kusta. Belum lagi mereka harus melawan perasaan kecewa, takut, malu, tidak percaya diri, merasa tidak berguna, hingga kekhawatiran akan dikucilkan (self stigma). Semua itu mengakibatkan mereka tidak dapat menikmati haknya secara penuh, termasuk untuk berperan aktif dalam masyarakat. Di sisi lain, stigma kusta telah menghambat penanganan kusta itu sendiri.

Mitos kusta itu harus diluruskan dan stigma harus dihapuskan, agar Indonesia segera bebas dari kusta. Ini bukan hanya tugas Pemerintah, namun juga perlu peran serta masyarakat.


Sumber:

https://www.alodokter.com/kusta

http://p2p.kemkes.go.id/mari-bersama-hapuskan-stigma-dan-diskriminasi-kusta-di-masyarakat/

https://fkm.unair.ac.id/hari-kusta-sedunia-mengenal-kusta-hapus-stigma-dan-diskriminasi/

https://www.kompas.com/tren/read/2022/08/19/210400365/mengenal-apa-itu-penyakit-kusta--penularan-gejala-dan-pengobatannya

 ==============

Catatan: artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog tentang SUKA "Suara untuk Indonesia Bebas Kusta"

#SUKA #NLRxKBR #LombaNLRxKBR #IndonesiaBebasKusta #menulisuntukkusta #SuaraUntukIndonesiaBebasKusta #janganlupakankusta #hinggakitabebasdarikusta