(Artikel
ini pernah saya publish di blog lama saya yang telah terhapus. Artikel ini berisi
kejadian yang sangat berarti untuk saya. Bukan hanya karena pengalaman pribadi,
namun juga bisa mengingatkan saya untuk senantiasa bersyukur pada Dzat Yang
Maha Pemurah. Untuk itulah saya posting ulang di sini. Smoga bermanfaat!)
Selasa kemarin adalah
hari yang mungkin tidak akan pernah saya lupakan. Hari dimana Sang Penguasa
Dunia dan Akhirat menunjukkan kebesaran-Nya dan juga cinta-Nya. Yakni saat Sang
Khalik mengembalikan nyawa bapak saya ke tubuhnya.
Pagi itu, sekitar pukul
9an, saya berada di kamar, duduk di depan komputer. Saat sedang asyik browsing
internet, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh yang sangat keras. Bukk!!..Thakk!!..
Spontan saya keluar kamar
untuk melihat apa yang jatuh. Di depan kamarnya, bapak saya tergeletak,
telentang di lantai. Bapak terjatuh. Dia berusaha bangun tapi tidak bisa.
Bahkan mengangkat kepalanya pun tidak bisa. Tangannya masih bergerak, berusaha
menggapai. Karena dia masih bergerak, maka saya berniat keluar rumah mencari
pertolongan. Namun baru beberapa langkah hendak kaluar, saya melihat bapak
semakin mengkhawatirkan. Saya takut terlambat. Maka saya kembali ke bapak
setelah berteriak keras minta tolong.
Laki-laki yang dulu
begitu gagah dengan seragam dinasnya itu begitu tak berdaya. Tergeletak di
lantai yang dingin tanpa saya bisa mengangkatnya. Saya ingin meletakkan
kepalanya di pangkuan saya tapi saya takut lehernya patah karena posisi
jatuhnya. Matanya mengerjap, melihat ke atas. Mulutnya bergerak seperti
mengatakan sesuatu entah apa. Saya hanya bisa bersimpuh di dekat kepalanya.
Lalu nafasnya mulai
tersengal. Matanya masih terbuka dan ia mengeluarkan suara seperti mendengkur yang
tidak biasa. Dengkuran itu semakin jelas. Hati saya hancur. Apakah bapak sedang
menghadapi sakaratul maut?... Ini waktunya?... Tanpa pikir apapun segera saya
bisikkan lafadz ‘Laa ilaaha illallah’ berkali-kali di telinganya. Sampai para
tetangga berdatangan mencoba memberi pertolongan pertama, kalimat itu terus
saya bisikkan.
“Kok iso ngene iki mau
piye (kok bisa seperti ini tadi kenapa)?” tanya seorang tetangga yang tidak
saya jawab karena mulut saya terus membisikkan kalimat tauhid itu ke telinga
bapak. Terus-terusan. Saya hanya ingin menuntunnya seperti ketika ia menuntun
saya sewaktu kecil, membaca bacaan-bacaan doa sehari-sehari. Seperti ketika
dulu ia mengenalkan saya pada huruf Hijaiyah….
Saya tahu saya tak akan
bisa menghalangi Malaikat Maut yang sedang menjalankan perintah Sang Pemilik
Kehidupan. Namun jika itu terjadi, saya ingin semuanya berakhir dengan khusnul
khotimah. Jangan sampai bapak diperdaya syaitan di saat-saat kritisnya. Karena
saat seseorang mengalami sakaratul maut, syaitan mengerumuninya dalam berbagai
bentuk dan cara untuk menyesatkan manusia di akhir hidupnya.
Lalu ia menutup mata dan
mulut nya pun diam. Suara dengkuran itu tak terdengar lagi. Bapak diam.
Benar-benar diam. Nafasnya hilang. Saya tidak peduli, kalimat tauhid itu terus
saya bisikkan. Semakin keras. Dan kencang…. Sementara ibu mencoba merangsangnya
dengan minyak gosok aroma therapy dan beberapa orang tetangga memijit
titik-titik refleksi di kakinya.
Melihatnya diam kaku,
dalam hati saya pasrah walau tak siap. Kalimat ‘Laa ilaaha illallah’ terus saja
saya bisikkan sambil membelai wajahnya, persis seperti yang biasa ia lakukan jika
saya menangis waktu kecil. Laa ilaaha illallah… Laa ilaaha illallah….Laa ilaaha
illallah…
Lalu keajaiban seakan
terjadi. Bapak mulai bereaksi. Ia mulai bernafas. Lalu matanya membuka.
Pelan-pelan dia mulai sadar. Dia bisa bangun, menggerakkan tangan dan kakinya
dengan sempurna. Allah Yang Maha Cinta telah mengembalikannya kepada kami. “Ono
opo?” Tanya bapak setelah sadar.
Lalu seorang tetangga
yang kebetulan adalah seorang dokter koas datang dan memeriksa ayah. Tensi
190…. Lalu sekitar 15 menit kemudian, dicek tensi menjadi 160. Sorenya saat
diperiksa rumah sakit Bethesda,
tekanan darahnya telah normal. 130. Dokter bilang tidak apa-apa.
Terus terang, saya tidak
tahu apa yang terjadi sebenarnya. Namun apapun itu, tiada hentinya rasa syukur
itu saya ucapkan. Subhanallah…. Allahu Akbar. Betapa Maha Besar Allah. Jika Dia
hendak mengambil nyawa seseorang, maka itu mudah bagi-Nya. Dan jika Dia
berkehendak, Dia dengan mudah pula mengembalikan nyawa ke tubuh hambaNya. Dan
inilah bukti kebesaranNya. Dan juga kasih sayang-Nya kepada kami. Maka sungguh
kami adalah orang-orang yang merugi jika tidak mensyukuri nikmat yang luar
biasa ini.
“Maka nikmat
yang manakah dari Tuhan kamu yang kamu dustakan?” (QS. Ar Rahman:13)
(Image from Google)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar